Tuesday, October 7, 2014

LIFE IS A CHOICE

By : Indah fajarwati,S.Psi., CH.

Assalamualaikum, semoga teman-teman berkenan dengan tulisan saya ini, bila kepanjangan maaf ya.

Belum pernah saya benar-benar berhadapan dengan situasi asli kalimat ini, sebelum 2 seminggu kemarin.

Saya (dulu ) adalah seorang guru TK, 10 tahun berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan seluk beluknya, suka dan dukanya. Tempatku mengajar adalah tempat yang full fasilitas, kondusif untuk pengembangan pribadi dan teman-teman yang solid. Tak terbayang dalam benakku meninggalkan sekolahku dalam waktu sesingkat ini.

Dulu waktu awal menikah, menjadi guru di sekolah tersebut bagaikan mendapat hadiah pernikahan yang indah. Bagaimana nggak? Untuk ukuran sekolah bonafid yang sulit ditembus oleh pencari kerja, saya salah satu yang beruntung menjadi guru disana. Saat persiapan menikah, saya juga disibukkan oleh tes lamaran kerja, sehingga hari minggu saya mengadakan resepsi pernikahan, keesokan harinya saya langsung bekerja di sana.

And life’s goes on.... setelah 3,5 tahun saya menunggu. Tahun 2011 saya dan suami dianugrahi bayi kecil yang ganteng ( kata orang-orang siy paras mukanya sangat mirip denganku/eaaaaaa*) dan warna kulitnya ngikut ayahnya. Perpaduan yang sangat pas ^^*. Saya mendapat cuti 3 bulan lamanya untuk mengurus bayi... tidak masalah bagiku waktu itu, toh ada yang momong.

Pembantu silih berganti, datang dan pergi.... toh itu juga bukan masalah bagiku karena saya termasuk orang yang beruntung cepat mendapat ganti yang baru. Saya tetap dengan pekerjaanku yang semakin membuatku asyik. Pergi jam 6 pagi dan Pulang jam 3 sore terkadang jam 4 atau jam 5 setelah itu baru bercengkrama dengan anak lanangku. Walaupun kadang kecapean sehingga tidak bisa mengikuti aktifitas motorik kasarnya yang aktif dan penuh keusilan. Sampai dia berumur 2,5 tahun, 2 bulan sebelum lebaran tahun 2014 ini. Si mbok yang sudah 1,8 tahun membantu kami mengurus anakku, resign secara tiba-tiba. Mungkin si mbok mendapatkan informasi pekerjaan yang lebih besar gajinya( menjadi pramugari atau TKW, entahlah ^^ ). Secepat mungkin saya mencari pengganti yang baru.
Hitungan hari saya sudah mendapatkan si mbok yang baru. Perfect person menurutku saat itu ( janda, blm punya anak, di rumah sendiri ). Fikiran positifku mengatakan bahwa ni mbok, ga bakal sering pulang, fokus dan sayang anak. Untuk masa orientasi, si mbok stand by dulu dirumah uthi sambil belajar dan mengenal anakku. Si mbok ini agak berbeda, umur 35 tahun pinter membaca ( setiap pagi membaca koran), hightech (hp-nan setiap saat dan nonton TV nggak ketinggalan berita), karyawan perusahaan mode-on ( keluar kamar tepat waktu jam 06.00-masuk dan mengunci kamar tepat setelah magrib, ga mau lebih dari itu karena hitungannya harus ada uang lembur wkwkwkwk). Perilakunya menyebabkan kami saling guyon, kata adekku... bila si mbok ini disuruh di depan komputer, mungkin sudah browsing kemana-mana sekedar ngeksis di facebook, upload video narcis di youtube, berkicau di twitter,sekedar sharring foto dan status di instagram dan path. Tidak lupa pula chatting dengan teman-teman asingnya di skype. Aku hanya tertawa renyah saat itu...., kelebihan dan kekurangan ok lah bisa dimaklumi, yang penting sayang anak dan memperhatikan anak lanangku, sudah cukup. Toh, saya juga sudah mencontohkan bagaimana momong setiap pulang sekolah, menjelaskan apa yang boleh dimakan dan tidak boleh dan mengajarkan banyak hal lain plus mengkomunikasikan hal-hal yang perlu di perhatikan dalam momong secara halus. Kondisi anakku yang terus menolak di suapin dan dimandikan oleh si mbok juga ku asumsikan sebagai adaptasi anak terhadap lingkungan barunya.

Waktu bergulir, selama sebulan sudah banyak laporan dari (beberapa) adikku, uthi, dan juga asisten rumah tangganya uthi. Mulai kekerasan verbal dan fisik ringan terhdap anakku, kualitas pekerjaan yang se adanya dan banyak hal lain. Terlebih lagi, si mbok mengsms para koleganya di desanya dan mengatakan bahwa dia tidak kerasan karena tidak ada fasilitas baginya. Dan itu terus bergulir sehingga akhirnya saya mencoba untuk melihat sendiri, ijin dari sekolah lalu pulang dan melihat bagaimana cara si mbok memperlakukan anakku..... n jderrrrrrrrrrr!! Rontok hatiku sampai-sampai tidak sanggup meneruskan kalimatnya...........

Tidak sampai 2 bulan, kubayar penuh gaji si mbok dan secara berat hati ku minta untuk pulang dahulu ke desanya dengan alasan anakku akan ku sekolahkan. End of case.... fikirku.


Ternyata tidak berhenti sampai disitu, kondisi waktu itu menjelang lebaran, mulai sulit untuk mendapat asisten baru, apalagi yang cocok di hati dan di kantong hehehehe 
(maklum sekarang asisten banyak yang jual mahal karena merasa dibutuhkan,tapi nggak semua loh).

Oh sudahkah kutuliskan? saya sarjana psikologi, dengan pengalaman menangani kasus perkembangan anak usian dini dan keluarganya selama 10 tahun. Basic tersebut sudah cukup untuk melihat perubahan kondisi psikologis yang terjadi pada anak lanangku. Salah satu perubahannya adalah tantrum setiap malam, ekspresi emosi marah yang meledak-ledak, dan masih banyak perubahan lainnya. Dan kondisi ini membuatku me-reload tentang arti kesuksesan dan tujuan hidup.

Selama sebulan otak dan fikiranku terus membuat garis silang. Kubaca kembali status orang-orang panutan tentang konsep keluarga dan fitrah seorang ibu, sharring dengan saudara dan teman-teman, baik ibu pekerja ataupun full time mother, membuka update statusnya teman yang sekarang sudah menjadi full time mother di luar negri dan sukses dengan MLMnya ( semoga bu cantik itu membaca ceritaku ini ^^ ) dengan mempertimbangkan kondisi kelasku. Partnerku bekerja yang masih baru dan harus kubimbing, lingkungan sekolah dan teman-temanku yang nyaman, anak-anak didikku yang baru 2 bulan ku bimbing, fasilitas-fasilitas lain yang mendukungku ( insentif, persiapan sertifikasi dll),ketakutan akan stucknya kreativitasku bila tidak bekerja, hilangnya gaji tiap bulannya, orangtua yang pasti marah bila saya resign, dan masa depan yang bagiku masih abu-abu ( secara, fikiranku sudah ter set bergaji untukku sendiri tiap bulannya ^^ ).

Dan selama sebulan ( bahkan lebih ), suami bersabar dengan tidak banyak mengeluh untuk bergantian denganku mengurus anak kami selama saya bekerja, padahal tuntutan pekerjaannya sebagai trainer dan terapis mengharuskannya untuk sering keluar kota. Dan banyak job yang beliau lepas demi momong anak kami ( saya dan suami sudah sepakat untuk tidak dulu menyekolahkan anak kami karena kondisi khususnya sehingga untuk sementara lebih baik bersama orang tua dulu di rumah ).

Dan mungkin bila saya sampai hari ini tidak mengajukan resign dari sekolah, beliau akan tetap momong. I’m very proud of you my hubb .
Akhirnya 2 minggu kemarin tepatnya tanggal 18 agustus 2014 saya menyampaikan pengajuan resign dari sekolah. Dan sejak 1 september saya mendapatkan acc cuti diluar tanggungan dari HRD sekolah selama maksimal 2 Tahun ajaran. Saya tidak di acc resign karena sudah berhak mendapatkan cuti di luar tanggungan dengan kondisi khusus. Alhamdulillah.

Dalam 3 minggu pula sejak mengajukan resign, ketakutan saya tentang masa depan berangsur hilang. Menjadi stay at home mom menjadi keasyikan tersendiri,. Dengan tetap ada target tentunya. Saya masih punya anak didik 1 anak ^^ yang berangsur-angsur pulih dari kondisi khususnya, tetap dapat gaji secara profesional karena bekerja di lembaga punya suami, tetap berusaha silahturahmi minimal bbm keteman-teman di sekolah, tetap berusaha kreatif dengan membuat prakarya kerjasama dengan anak didik satu inih ^^, orangtua berangsur-angsur memahami kondisi saya, dan insentif? Sertifikasi? Itu hanya bonus mah,... Allah maha kaya sehingga aliran dana tidak hanya dari insentif dan sertifikasi. Saya yakin selama kita berusaha, Allah akan memberikan lebih. Asal jangan stuck saja, terus berusaha berkarya ^^. Thank u Allah.
Finally, tulisan ini bukan kampanye stay at home mom atau ada unsur lain di balik itu. Saya hanya sekedar berbagi pengalaman, kita tidak akan pernah tahu tentang masa depan, lakukan saja yang terbaik sekarang. dan mungkin ada teman-teman yang mempunyai pengalaman persis seperti saya. Karena sekali lagi Life is a choice ( maaf bila ada kata salah, sudah lama nggak nulis soalnya hehehe.

PS: Terimakasih sebesar-besarnya kepada si mbok, bila tidak ada dirimu yang pernah hadir dalam kehidupanku, saya nggak akan setenang ini sekarang, Allah memberikanku jawaban dengan hadirnya dirimu,.

Untuk anakku, maaf 2,5 tahun ini setiap pagi, siang dan soremu terlewatkan oleh bunda.. yuk kita uyel-uyelan lagi ^^ siap!



No comments:

Post a Comment